KOMUNIKASI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MENCEGAH KENAKALAN REMAJA
Abstract
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji secara medalam komunikasi lingkungan keluarga dalam mencegah kenakalan remaja. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif bertujuan untuk menggambar, menguraikan data yang ada bersamaan dengan situasi yang terjadi. Subjek penelitian sebanyak 12 orang dengan teknik pengumpulan data melalui observasi dan wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan komunikasi lingkungan keluarga yang terjalin dalam mencegah kenakalan remaja yaitu komunikasi verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal untuk menyampaikan pesan secara jelas, sedangkan komunikasi nonverbal untuk menyampaikan perasaan, dari Gerakan tubuh, atau sikap, agar remaja dapat tersentuh. Hambatan nya yaitu psikologi dan simantik. Hambatan psikologi yaitu faktor ketakutan yang dirasakan oleh orangtua dan remaja ketika berkomunikasi tidak lancar dengan baik. Sedangkan hambatan semantik karena orangtua berbicara terlalu cepat akibatnya remaja tidak memahami apa yang disampaikan sehingga komunikasi menjadi buruk. Upaya yang dilakukan menyibukkan anak dengan kegiatan yang bermanfaat, dan memberikan Pendidikan agama.
Kata kunci: Komunikasi, Lingkungan Keluarga, Kenakalan Remaja
Abstract
This study aims to examine in depth the communication of the family environment in preventing juvenile delinquency. The research method used is a descriptive qualitative method aimed at drawing, describing existing data along with the situation that occurs. The subjects of the study were 12 people with data collection techniques through observation and interviews. The results of this study indicate that communication in the family environment that is established in preventing juvenile delinquency is verbal and nonverbal communication. Verbal communication is to convey messages clearly, while nonverbal communication is to convey feelings, from body movements, or attitudes, so that adolescents can be touched. The obstacles are psychological and semantic. Psychological obstacles are the fear factor felt by parents and adolescents when communicating is not smooth. While semantic obstacles are because parents speak too fast, as a result adolescent do not understand what is being conveyed so that communication becomes poor. Efforts made to keep children busy with useful activities, and provide religious education.
Keywords: Communication, Family Environment, Juvenile Delinquency
References
Cangara, H. (2002). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Ramaja Rosdakarya.
Darajat, Z. (1970). Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
Hidayat, D. (2012). Komunikasi Antar Pribadi dan Medianya. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kartono, K. (1986). Patologi Sosial. Jakarta: CV. Rajawali.
Mahmud Muhammad Al Jauhari. (2005). Jakarta: Membangun Keluarga Qur'ani.
Rahman, F. (2017). Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka Panase.
Rangkuti, A. N. (2014). Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif Kualitatif, PTK dan Penelitian Pengembangan. Bandung: Cita Pustaka Media.
Suwarno. (1985). Pengantar Umum Pendidikan. Jakarta: Aksara Baru.
Wiranto, G. (2015). Psikologi Perkembangan Manusia. Yogyakarta: Psikosain.
Copyright (c) 2024 Yeni Yasyah Sinaga Yeni
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.